Seiring dengan persaingan kerja yang semakin ketat, peran pendidikan tinggi semakin krusial. Ijazah sekolah menengah atas (SMA) sudah tidak lagi cukup untuk menjamin masa depan yang gemilang.
Pendidikan tinggi dianggap sebagai titik penentu kesempatan sukses di masa depan, seolah-olah semakin prestisius universitasmu, semakin menjanjikan masa depanmu.
Menurut Konselor Universitas dan Karir Sekolah Sinarmas World Academy Stanislav Sousek perjalanan menuju universitas prestisius terkadang menjadi proses imperatif yang terasa panjang dan menyeramkan bagi banyak murid SMA. Dengan merebaknya wabah COVID-19, proses ini menjadi lebih menantang.
"Anak dan orangtua dihadapkan dengan masalah baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya, dan tanpa adanya bimbingan ataupun informasi yang cukup, besar kemungkinan terjadi kebingungan yang membuat kita mengambil keputusan gegabah yang kurang tepat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (19/4/2020).
Stanislav menuturkan para siswa sejatinya harus memiliki bekal sebelum masuk ke universitas prestisius di dunia terlebih di masa pandemi ini. Ia pun memberikan tips berdasarkan pengalamannya menjadi konselor di Sekolah World Academy yang telah berhasil membantu siswanya 90% melanjutkan kuliah di luar negeri.
Identifikasi Potensi Sedini Mungkin
Tidak ada kata terlalu dini dalam persiapan. Di SWA, kata Stanislav, anak sudah diajak berdiskusi soal masa depan dari kelas 6. Orangtua dapat berdiskusi dengan guru untuk mendapatkan informasi lengkap tentang perkembangan pembelajaran anak selama di sekolah.
"Dengan informasi yang menyeluruh, orangtua dapat mendapat gambaran tentang minat dan bakat anak. Luangkan waktu untuk mencari tahu apa yang menjadi passion anak, dan apa yang paling disukai dalam kegiatan bersekolah," terang dia.
Keseimbangan Akademik dan Non-Akademik
Stanislav menyebut pencapaian akademis tidak lagi cukup untuk masuk ke universitas prestisius di dunia. Sebagai gambaran, universitas prestisius di dunia memiliki nilai penerimaan murid dibawah 15% yang berarti dari 1,000 aplikasi yang masuk hanya 150 murid yang berhasil diterima. Portofolio yang menarik tidak hanya menonjolkan kebolehan nilai akademis, namun juga harus memperlihatkan kegiatan non-akademik mereka.
"Dibutuhkan seni tersendiri untuk dapat membuat murid menyadari bagaimana kegiatan non-akademik ini dapat terkait dan menjadi penunjang bagi akademis mereka. Di sinilah diperlukan peran guru untuk membantu dan mendampingi murid-muridnya. Hal lain yang menjadi pertimbangan dari Universitas prestisius adalah mempedulikan nilai kemanusiaan dan dampak sosial yang dilakukan," ungkapnya.
Kepedulian yang dipupuk dalam diri siswa siswi sejak dini di sekolah, dapat menjadi dorongan para generasi muda ini untuk melakukan inisiatif-inisiatif yang dapat berkontribusi bagi lingkungan sosialnya terutama di saat COVID-19 menghantam dunia.
Konsistensi Portofolio
Hampir semua sekolah dan kurikulum mengharuskan murid membuat proyek di setiap mata pelajaran. Tapi bagaimana cara agar proyek-proyek ini dapat berkontribusi ke dalam portofolio anak? SWA sendiri memastikan pada saat anak mencapai kelas 8, setiap proyek yang dilakukan memiliki benang merah dan konsistensi yang jelas dalam pembentukan portofolio akhir mereka.
Penting agar anak terus mendapatkan bimbingan, melalui orangtua maupun sekolah, dalam pembuatan portofolio mereka yang seiring waktu akan bertambah. Tidak sedikit anak yang memulai pembuatan portofolio di akhir SMA, ini merupakan kesalahan yang fatal. Portofolio di SWA sendiri dimulai dari kelas 8, yang berarti pada akhir SMA, murid memiliki 4-tahun portofolio yang konsisten dan berkesinambungan.
"Peran orangtua dan sekolah sangat penting dalam perencanaan portofolio, karena anak akan banyak fokus dalam pembuatan proyek dan tidak sulit untuk kehilangan gambaran besar dari portofolio mereka. Sebagai pengamat dan pembimbing, orangtua dapat selalu bertanya kembali kepada anak, bagaimana proyek mereka dapat merealisasikan tujuan akhir mereka.
Perencanaan Finansial
Tidak dipungkiri, pendidikan tinggi di universitas prestisius di dunia memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hal ini membuat perencanaan sedini mungkin lebih penting lagi untuk orang tua mempersiapkan dana pendidikan. Sebagai gambaran, biaya kuliah di universitas Ivy League bisa mencapai Rp 1 miliar per tahunnya. Namun, jangan biarkan keterbatasan finansial menghalangi potensi anak.
"SWA sendiri selalu mengajak orangtua berdiskusi perihal kesiapan finansial dalam memilih universitas anak, dan menyiapkan beberapa skenario terbaik dan terburuk. Sekolah mengambil peran dalam menyiapkan anak mengejar beasiswa, dan meringankan beban finansial orang tua. Selain itu, SWA sendiri menawarkan beasiswa penuh untuk anak berprestasi yang mempunyai mimpi besar," pungkasnya.
(ega/ega)"tips" - Google Berita
April 19, 2020 at 08:57PM
https://ift.tt/2XOmBVK
Tips Masuk Universitas Terbaik Dunia di Tengah Pandemi Corona - detikNews
"tips" - Google Berita
https://ift.tt/331rOJ7
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tips Masuk Universitas Terbaik Dunia di Tengah Pandemi Corona - detikNews"
Post a Comment