TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak belajar mengenai emosi dengan cara yang sama seperti mereka mempelajari hal lain misalnya membaca, menulis, mengendarai sepeda dan mencoba serta mempraktikkan kebiasaan baru. Namun mengajarkan emosi pada anak membutuhkan pemahaman yang lebih.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana, memahami emosi pada anak sudah dimulai bahkan sejak di dalam kandungan. "Makanya kita sering kalau ibu sedang hamil suka dibilang jangan sedih nanti anaknya juga sedih. Karena berpengaruh pada kondisi bayi yang dikandung," ucap Vera dalam Instagram Live dengan tema Mengajarkan Anak Mengelola Emosi yang diadakan Mommiesdaily, Sabtu 11 April 2020.
Selain sejak dalam kandungan, ketika anak lahir menurut Vera juga sudah mulai dikenalkan sedini mungkin, orang tua bisa mengekspresikan emosi di depan anak. Anak belajar emosi lewat imitasi, trial error dan identifikasi, dan mereka belajar emosi dari orang sekitarnya.
"Apa yang ia lihat dari orang tua kalau orang tua mudah emosi maka akan mengikuti. Misalnya orang tua emosi lalu dibawa beribadah, berdoa, teriak di kamar mandi atau menepi di kamar dulu. Saat itulah anak akan melihat bagaimana kita menyikapi emosi," ucapnya.
Namun sayangnya, perkembangan emosi pada anak kerap abai kita kenalkan, justru lebih dulu calistung ayau baca tulis dan hitung yang diperkenalkan pada anak. Lalu bagaimana memulainya? Vera mengajak Anda untuk memperhatikan emosi diri sendiri terlebih dulu. Tidak harus sempurna, karena setiap orang punya macam-macam emosi. Perlu diketahui tidak ada yang lebih ideal, karena setiap orang punya cara masing-masing. Terkadang yang jadi masalah ketika emosi timbul tapi kita tidak terima.
"Misalnya kalau kita marah lalu penolakan, padahal ada rasa bosan, marah, kecewa, rasa marah kadang kita tolak dan tidak diakui. Perlu dipahami jika emosi ada 3 hal yang tidak boleh kita lakukan yakni menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, dan tidak boleh merusak barang," kata Vera.
Berikut ini 5 tahap mengajarkan anak soal mengelola emosi
1. Kenali emosi
Akan ada momen dan kondisi ketika anak menampakkan emosi mereka. Tugas kita mengenali emosinya dan jangan ikutan emosi. Melihat ini adalah momen untuk belajar bersama mengelola emosi.
2. Kesempatan belajar
Bantu anak menenangkan secara verbal, bantu anak mengutarakan apa emosi yang dirasakan. Mereka mesti tahu dulu apa nama perasan yang sedang dialami. Belajar mengidentifikasi bentuk emosi yang dirasakan oleh anak
3. Bantu menenangkan
Banyak cara menenangkan yang bisa dilakukan misalnya dipeluk, atau mengajaknya berbicara. "Kamu bete ya, kamu marah ya. Bantu me-labeling apa yang anak rasakan lalu kemudian kita bisa terima emosi yang dirasakan. "Kita bisa membantu dia mengungkapkan, misalnya: Kamu nggak apa-apa kok bete atau bosen," ucap Vera.
4. Tunjukkan empati
Tahap selanjutnya, kata Vera ialah tunjukkan kepada anak kalau kita mengerti apa yang dia rasakan. Kita hadir dan berempati atas apa yang sedang dialami mereka.
5. Self limited dan problem solving
Setelah anak mulai merasa ada temannya karena orang tua berempati, mulai dengan obrolan soal self limited. Berikan batasan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan saat kondisi marah atau emosi. "Setelah itu bisa cari jalan keluarnya bersama-sama dengan mendengarkan apa yang diinginkan anak," ucapnya.
"tips" - Google Berita
April 13, 2020 at 10:11AM
https://ift.tt/2wEV664
Tips Mengajarkan Emosi pada Anak saat Pandemi, Tunjukkan Empati - Tempo
"tips" - Google Berita
https://ift.tt/331rOJ7
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tips Mengajarkan Emosi pada Anak saat Pandemi, Tunjukkan Empati - Tempo"
Post a Comment